Materi 3. Gaya Bernyanyi Lagu Daerah

Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami  teknik dan gaya  lagu daerah secara unisono atau perseorangan.
4.1 Menyanyikan lagu daerah secara unisono atau perseorangan.

Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran daring, peserta didik dapat :
1. Mengeksplorasi (observasi dan bertanya) dari berbagai sumber pembelajaran tentang teknik dan gaya  lagu daerah secara unisono atau perseorangan.
2. Menyanyikan  lagu daerah secara unisono atau perseorangan berdasarkan hasil eksplorasi siswa masing-masing.

Assalamualaikum Wr. Wb
Anak-anak, sebelum kita belajar Seni Budaya hari ini, jangan lupa untuk berdoa terlebih dahulu. Dengan doa dan upaya kalian yang sungguh-sungguh, Pak Arief yakin kalian akan mampu menguasai materi hari ini. Berikut Peta Konsep materi yang akan kita pelajari.
PETA KONSEP
APERSEPSI
Sebelum melanjutkan membaca ringkasan materi, silakan disimak dulu video berikut ini untuk memberikan gambaran mengenai materi yang akan kita pelajari.
RINGKASAN MATERI
        Indonesia memiliki beragam suku dan kebudayaan. Setiap suku memiliki lagu yang berbahasa ibu yaitu menggunakan bahasa daerah. Menyanyikan lagu daerah biasanya diiringi dengan alat musik tradisional. Indonesia memiliki lagu dan alat musik tradisional yang mendapat pengaruh dari berbagai negara seperti India, China, Portugis, serta negara-negara lainnya. Contoh lagu daerah Indonesia antara lain Bungong Jeumpa dari Aceh, Tokecang dari Jawa Barat, Cing Cangkeling dari Jawa Barat, Rambadia dari Tapanuli, Soleram dari Riau, Apuse dari Papua dan lain-lain.

A. Kedudukan dan Fungsi Musik/Lagu Daerah Indonesia 
     Penampilan musik daerah di Indonesia sering berkaitan dengan musik tradisi. Penampilan musik daerah kadang-kadang menyatu dengan pertujukkan tari, digunakan sebagai pengiring dalam upacara-upacara adat, dan sebagai ilustrasi pergelaran teater tradisi serta sebagai media hiburan. Secara umum, musik berfungsi sebagai media rekreatif / hiburan untuk menanggalkan segala macam kepenatan dan keletihan dalam aktivitas sosial budaya sehari- hari. Berikut beberapa fungsi musik bagi masyarakat.
1. Sarana Upacara Adat
Musik daerah dianggap memilki kekuatan magis sehingga musik daerah sering terlibat dalam berbagai upacara adat. Sebagai contoh, Upacara Merapu di Sumba menggunakan irama bunyi- bunyian untuk memanggil dan mengiring kepergian roh ke pantai Merapu (alam kubur). Begitu pula pada masyarakat suku sunda menggunakan musik angklung pada waktu upacara Seren Taun ( Panen padi).

 
Gambar 1. Upacara Merapu (Sumba)

Gambar 2. Upacara Seren Teun (Jawa Barat)

2. Pengiring Tari
Irama musik dapat berpengaruh pada perasaan seseorang untuk melakukan gerakan- gerakan indah dalam tari. Pada dasarnya tari daerah hanya bisa diiringi oleh musik daerah tersebut, sebagai contoh tari Kecak (Bali), tari Pakarena (Sulawesi), tari Mandalika ( Nusa Tenggara Barat), tari Ngaesuk (Jawa Timur), tari Mengaup ( Jambi), dan tari Mansorandat (Papua).

3. Media Bermain
Lagu-lagu rakyat (folksong) yang tumbuh subur di daerah pedesaan dapat digunakan sebagai media bermain anak- anak. Lagu daerah yang dapat dijadikan nama permainan anak- anak seperti , lagu Cublak-Cublak Suweng dari Jawa Tengah, Ampar-ampar pisang dari Kalimantan Selatan, Ambil-Ambilan dari Jawa Barat, Tanduk Majeng dari Madura, Sang Bangau dan Pok Ame-Ame dari Betawi.

4. Media Penerangan
Lagu sebagai media penerangan dapat digunakan sebagai iklan layanan masyarakat contohnya, penerangan berisi tentang lingkungan hidup dan adat istiadat. Pada masyarakat modern lagu sebagai media penerangan dapat berisi tentang pemilu, KB, penyakit AIDS, dan lain- lain. Selain dalam iklan layanan masyarakat, lagu-lagu yang bernafaskan agama juga menjadi media penerangan, musik qasidah, terbangan, dan zipin dengan syair- syair lagu dari  Al-Qu’ran

B. Ciri-Ciri Lagu daerah
     Lagu daerah/tradisional adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Lagu daerah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.       Teks lagu daerah menggunakan bahasa dan dialek setempat.
2.       Diwariskan secara turun temurun dengan tradisi lisan
3.       Pada umumnya penulis atau pencipta lagu daerah tidak diketahui
4.       Dibawakan dengan diiringi oleh musik daerah setempat
5.       Mengandung makna atau pesan untuk masyarakat
6.       Irama dan melodi lagu daerah bersifat sederhana

    Lagu-lagu daerah merupakan kekayaan warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan warisan budaya ini dapat dilakukan dengan tetap menyanyikan sesuai dengan kebutuhan serta situasi dan kondisi dimana lagu tersebut harus dinyanyikan. Pada repertoar (perbendaharaan bahasa (dialek, ragam) yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat) lagu-lagu daerah sering dibawakan oleh seorang penyanyi. Di Jawa disebut dengan Sinden, demikian juga di Sunda dan juga Bali. Di daerah Sumatera Utara sering disebut dengan Perkolong-kolong. Di Kalimantan ada yang disebut dengan Madihin yaitu menyanyikan pantun-pantun dengan diiringi tabuhan gendang.
     
C. Teknik dan Gaya Bernyanyi Lagu Daerah
        Pada dasarnya teknik bernyanyi musik daerah sama dengan teknik bernyanyi pada umumnya, sedangkan gaya dalam bernyanyi lagu daerah biasanya cenderung bersifat turun-temurun dari nenek moyang atau sesuai dengan ajaran daerah masing-masing. Gaya khasnya adalah liriknya yang menggunakan bahasa daerah setempat, susunan melodi yang sangat sederhana, dan teknik pengucapan (artikulasi) disesuaikan dengan daerah setempat juga.
      Setiap suku atau daerah di Indonesia memiliki lagu daerah yang menggunakan bahasa daerah setempat dan diiringi dengan karawitan (alat musik tradisional lengkap secara orkes). Karya – karya seni musik (karawitan) dimainkan dengan ansambel gamelan atau repertor yang bersifat tradisional dan anonimus. Seringkali, seorang pemain / seniman ahli karawitan menambah atau mengurangi komposisi karawitan yang dimainkan, begitu juga dengan beberapa gaya. Gaya musikal adalah ciri khas atau karakteristik musikal dari beberapa kondisi. Maka setiap wilayah memiliki gaya yang berbeda-beda, seperti :
  1. Gaya Lokal, yakni karakteristik cara menyanyikan lagu daerah yang berbeda dengan daerah lain. Kemudian, pada era globalisasi disebut entitas lokal genius.
  2. Gaya individual, yakni tipologi karakteristik seseorang tokoh yang menciptakan lagu, sehingga berbeda dengan pencipta lagu lainnya.
  3. Gaya periodikal, adalah tipologi karakteristik zaman tertentu yang menghasilkan gaya musikal, adalah tipologi karakteristik yang dapat dibedakan dari berbagai bentuk karya musikal yang ada , misalnya : pada musik Betawi, dalam gambang kromong lagu sayur, dengan lagu phobin atau dalam keroncong tugu antara kroncong asli, langgam, dan stambul. 
Kita ketahui bersama bahwa lagu daerah yang ada di Indonesia sangat beragam bentuknya, begitu pula pada teknik dan gaya bernyanyi. Setiap daerah memiliki gaya dalam menyanyikan lagu daerah masing- masing.  
Contoh :

  • Masyarakat dan suku bangsa asli di Papua menari sekaligus bernyanyi dan bermain Tifa dalam kelompok. Tifa adalah alat musik pukul daerah Papua yang sumber bunyinya berasal dari membran. (alat musik gendang masyarakat Papua). Stamina mereka selalu terjaga, mereka makan ulat sagu yang kaya akan protein.  Di daerah lain ada musik tradisi yang berpenampilan   mengenakan pakaian ketat bahkan menggunakan stagen, bernyanyi dengan posisi duduk bersimpuh namun suaranya tetap terdengar merdu dan menarik. 
  • Pada masyarakat  Sunda di Cianjur dikenal dengan sebutan mamaos atau momaca . Mamaos adalah tembang yang telah lama dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada awalnya mamaos dinyanyikan di kalangan kaum lelaki, selajutnya mamaos dinyanyikan juga oleh kaum wanita. Banyak kalangan perempuan yang terkenal dalam menyanyikan mamaos, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah. Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda seperti, pantun, beluk (mamaca). Mamaos pantun sering disebut pepantunan, ada pupuh yang sering dikenal dengan tembang, adapula istilah kawih  dan Sekar. (Ganjar Kurnia.2003).
  • Masyarakat Jawa penyanyi musik tradisi disebut Pesindhen . Pesinden sering disebut juga dengan sinden. Sinden adalah sebutan bagi perempuan yang bernyanyi mengiringi gamelan, umumnya sebagai penyanyi satu- satunya. Menurut Ki Mujoko Joko Raharjo pesindhen berasal dari kata “ Pasindhlan” yang berarti kaya akan lagu atau melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut “waranggana”, yang berasal dari kata wara dan anggana. Wara berarti seseorang yang berjenis kelamin perempuan dan anggana berarti sendiri. Pada zaman dulu waranggana adalah satu- satunya wanita dalam panggung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan. Seorang sinden duduk bersimpuh di belakang dalang, tepatnya di belakang pemain gender dan didepan pemain kendang. Istilah sinden juga digunakan untuk menyebut hal- hal yang sama dibeberapa daerah seperti Banyumas, Yogyakarta, Sunda, dan Jawa Timur yang berhubungan dengan pergelaran wayang maupun klenengan. Dalam perkembangannya, saat ini sinden tidak lagi tampil sendiri dalam pergelaran tetapi bisa mencapai delapan atau sepuluh orang bahkan lebih untuk pergelaran yang bersifat spektakuler.

Gambar 3. Sinden, mamaos, dan Tari Papua

  • Legendaris- legendaris sinden Indonesia antara lain Nyi Tjondrolukito dari Jawa Tengah, Waljinah dari Jawa Tengah, Titim Fatimah dari Jawa Barat , Sunyahmi dari Jawa Tengah, dan Nurhana dari Jawa Tengah. Mungkin menjadi seorang sinden tak lagi profesi yang digeluti profesi banyak orang. Anak muda jaman sekarang biasanya lebih memilih profesi yang kekinian, misalnya menjadi penyanyi band atau penyanyi solo. Tapi di sisi lain masih banyak para kaum muda yang mau menjadi sinden dengan tujuan ingin melestarikan kebudayaan daerah. Sinden muda  yang ada di Indonesia  antara lain adalah Lilis Sugiarti, Ghea, Intan Soekotjo, Figifian Fatma, Icha Cusworo, Eni Kusrini, dan lain- lain.
  • Penyanyi musik tradisi sangat memperhatikan kesehatan badan dengan mengkonsumsi jamu tradisional agar selalu terjaga staminanya. Selain itu, seorang penyanyi tradisi juga memilki banyak pantangan yang harus dihindari demi kualitas suaranya. Mendekatkan pada sang Kholik, pencipta alam semesta juga merupakan hal yang utama bagi seorang penyanyi musik tradisi.
Gambar 4. Waljinah, Titim Fatimah, Nurhana, dan Intan Soekotjo beserta Sundari Soekotjo

D. Menyanyi secara Unisono
    Gaya bernyanyi lagu daerah cenderung berbeda-beda di setiap daerah dan mencerminkan ciri khas masyarakatnya. Contohnya gaya bernyanyi lagu daerah Sunda dan Jawa yang lebih kalem daripada lagu daerah BetawiLagu daerah dibawakan sesuai dengan teknik ucapan atau artikulasi daerahnya sehingga teknik menyanyi lagu tradisi antardaerah bisa saja berbeda-beda.Lagu daerah biasanya dibawakan oleh paduan suara dan dinyanyikan secara unisono (satu suara). 
        Paduan suara merupakan bentuk penyajian musik vokal yang dihadirkan oleh suatu grup, dapat menggunakan satu suara (unisono), dua suara, atau lebih. Unisono adalah salah satu jenis paduan suara yang menggunakan satu suara dalam penampilannya sehingga tercipta suara yang harmonis dan kompak. Lagu daerah dapat dinyanyikan secara perorangan ataupun berkelompok. Contohnya saja Madihin yang menyanyikan pantun seorang diri sekaligus sebagai pemusiknya atau pengiringnya. Sinden pun juga dapat dilakukan secara berkelompok maupun secara sendiri.
       Menyanyi secara unisono adalah menyanyi dalam satu suara, sehingga menyanyi unisono membutuhkan kerja sama antara anggota kelompok.
Ada beberapa jenis lagu :
  1. Lagu yang dinyanyikan saat upacara tertentu, seperti pernikahan, kelahiran, kematian, atau permainan.
  2. Lagu-lagu yang berisi nasehat atau sanjungan terhadap makhluk sesama.
Lagu-lagu daerah dapat menjadi kekayaan yang dapat dijadikan sebuah sarana untuk membentuk karakter dan pendidikan sikap pada diri anak dan remaja, karena nasehat yang disampaikan melalui lagu dapat lebih bermakna dan lebih mudah untuk diterima. 

E. Teknik Vokal dalam Menyanyi Lagu Daerah
     Teknik Vokal, Selain ditentukan oleh organ-organ tubuh, mutu, dan pembentukannya, suara manusia juga didukung oleh beberapa teknik vokal, di antaranya intonasi, resonansi, artikulasi, pernapasan, dan pembawaan.
1. lntonasi
Intonasi merupakan salah satu latihan dasar yang penting bagi seorang penyanyi karena tanpa pembenahan intonasi (ketepatan bunyi tiap nada), suara yang dihasilkan menjadi sumbang dan tidak merdu. lntonasi mengandung arti ketepatan suatu nada (pitch). Bunyi nada yang tepat akan menghasilkan suara jernih, nyaring, dan enak didengar. Untuk mendapatkan intonasi yang baik, coba nyanyikan nada-nada berikut secara berulang. Berlatih kelenturan suara dapat dilakukan dengan cara menyanyikan nada-nada dengan teknik staccato dan legato. Staccato adalah menyanyikan lagu dengan cara patah-patah. Legato adalah menyanyikan lagu dengan cara disambung.
2. Artikulasi
Artikulasi adalah cara mengucapkan kata-kata dalam menyanyi agar pesan lagu dapat dimengerti dan dipahami pendengar.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan artikulasi yang baik, antara lain sikap badan yang tegap, posisi mulut yang benar, latihan vokalisis. pembentukan bunyi vokal, dan pembentukan bunyi konsonan.
3. Resonansi
Resonansi adalah suatu gejala bunyi yang dikembalikan dari suatu ruangan, semacam gema yang timbul karena adanya ruangan berdinding keras sehingga sanggup memantulkan suara. Tanpa ruangan resonansi, pita suara hanya menimbulkan bunyi yang lemah karena panjangnya hanya 1,5-2 cm. Dengan adanya resonansi, suara manusia menjadi keras, indah, dan gemilang.
4. Pernapasan
Pernapasan adalah keluar masuknya udara melalui paru-paru. Udara yang digunakan saat menyanyi lebih banyak dibandingkan persediaan untuk bernapas sehari-hari. Oleh karena itu, usahakan mengisi paru-paru sebanyak mungkin waktu menyanyi.
5. Pembawaan
Salah satu keberhasilan seorang penyanyi dalam membawakan sebuah lagu adalah ketepatan ' dalam menginterpretasikan sebuah karya musik (atau lagu. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan karya musik, antara lain tema lagu, unsur-unsur musik (tanda tempo, tanda dinamik, tanda ekspresi, irama, dan birama), pesan dan kesan yang disampaikan, kesulitan-kesulitan (lagu, gaya, dan klimaks lagu).

REFERENSI
  • Video referensi :
  • Beberapa video referensi terkait materi bisa dilihat dengan cara klik pada gambar. 


LATIHAN SOAL
 Setelah mempelajari materi ini, sekarang ayo dicoba untuk mengerjakan latihan soalnya.
KLIK DI SINI 


Format Penulisan Identitas untuk mengerjakan latihan soal :
"Nama Lengkap/Kelas"
Contoh : Selvi Larasati/8A

Boleh dicoba berulang kali sampai bisa terjawab benar semua
      ~ Tetap Semangat Belajar Seni Budaya #dirumahaja ~

      Komentar

      Postingan populer dari blog ini

      Prakarya : Pengolahan Hasil Samping Serealia, Kacang-Kacangan, dan Umbi Menjadi Produk Pangan

      Prakarya : Pengolahan Bahan Pangan Setengah Jadi dari Serealia, Kacang-Kacangan, dan Umbi Menjadi Makanan Khas Wilayah Setempat